Musuh Absurb??

Musuh kita yang sebenarnya adalah diri kita. Dia adalah bayangan nyata yang bentuknya rumit. Dia teman sekaligus lawan kita. Dia senjata juga racun. Oh begitulah adanya. Dia dikendalikan hati dan pikiran. Rupanya sangat absurb karena kadang yang terlihat oleh mata tidak seperti apa yang sebenarnya. Dia kadang bunglon yang kadang berubah karena latar yang berbeda namun dia juga petualang yang mampu bertahan dalam hal apapun. Kembali lagi itu karena dia hidup dengan hati dan pikiran yang dianugrahkan olehNya. Bukan main keduanya bukan main perannya. Mereka saling melengkapi namun kadang saling bertentangan, hingga fisik yang terlukai. Mereka kawan sekaligus lawan yang sangat kompleks dalam diri kita. Mereka berbentuk tapi juga bernyawa. Nyawa di dalam sebuah nyawa. Kombinasi keduanya merupakan rangkaian reaksi yang sangat rumit dijelaskan. Kadang mereka nggak yambung satu sama lain. Itulah hati dan pikiran, pembentuk bayangan rumit yang kadang sering membuat orang bingung dramatis yang biasa disebut “galau”.
hatipikirBalik lagi, kita dikendalikan oleh keduanya di atas. Saat penulis menuliskan coretan inipun keduanya bermain bersama-sama di dalamnya. Kalian bingung apa maksud saya? Mereka atau kita yang mengendalikan system kita ini? Baiklah.. kerumitan ini berasal dari rumitnya salah satu di antara mereka, kemudian yang lain mulai mengajak untuk mencurahkan pemikiran satunya kedalam coretan ini.
Masih bingung? Baiklah.. menurut penulis, manusia itu diciptakan olehNya, Allah Swt. Dengan sebuah system terbaik yaitu hati dan pikiran. Memang keberadaan keduanya tidak dekat tapi saling melengkapi. Katakanlah orang yang IQ nya tinggi kalau hati mereka dingin, hati mereka lemah sama saja. Orang itu hanya menemukan apa yang dinamakan materi saja. Dalam hal ini penulis berpikir memang otak lebih realistis tentang materi, dan hati lebih sensitive terhadap segala sesuatu yang tidak berwujud seperti materi. Sama halnya dengan hati yang baik namun IQ yang *maaf jongkok atau semacamnya. Ini bahkan menjadi boomerang bukan. Semua perlu suatu keseimbangan.
Tanpa kita sadari, kerumitan di antara keduanya merupakan anugerah dariNya agar kita senantiasa berpikir dan merasakan segala sesuatu di sekitar kita, membaca tidak hanya dalam arti harfiyah saja namun juga membaca dengan menggunakan seluruh panca indera kita. Begitukan firmanNya yang kita imani.
Balik lagi, kita bisa anggap diri kita teman atau musuh kita sendiri tergantung diri kita kan? Ingat nggak, kadang ada orang yang tiba-tiba benci pada diri sendiri. Ironi bukan? Yang salah siapa, yang benci siapa? Nahh makin bingun lagi. Hehhe 😀
Udah ahh gakusah dalem-dalem mikirnya.. Tulisan ini sebenernya juga Cuma iseng dari pemikiran penulis yang suka kemana-mana, bahas hal yang kadang orang lain gak ngeh *mungkin.. Mungkin ini sebuah sensitivitas atau kekurang kerjaan penulis. Yang jelas sambil menuliskan ini, penulis mengalirkan pemikirannya yang agak aneh ini dengan sebuah kesepakatan hati dan pikirannya bahwa…. Kita adalah kita, suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Biarpun yang namanya hati dan pikiran suka bentrok nggak jelas, suka ngalor ngidul dan kadang ribet beribu ribet, tapi satu yang penulis pengen selalu inget dari sebuah pikiran absurb ini. Bahwa hati dan pikiran kita sesungguhnya kita sendiri yang mengendalikan. Kita adalah hati kita, Kita adalah pikiran kita. Dan balikin lagi, segala kerumitan yang ada di dalamnya merupakan suatu anugrah dariNya. Dia yang ciptakan kita, kalau kita sendiri ribet (baca: lagi galau), balikin lagi kepadaNya, pada Sang pencipta kita. Kalau orang Muslim mah bilangnya Istighfar…. 🙂

Tinggalkan komentar